Asesmen Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Dini
Berdasarkan
“The National Educational Goals Panel”, penggunaan asesmen yang tepat adalah
mengakses untuk meningkatkan perkembangan dan belajar anak, mengakses untuk
mengidentifikasi kesehatan dan pelayanan yang diberikan pada anak, mengakses
untuk memonitor kecenderungan dan mengevaluasi program dan pelayanan, dan
mengakses prestasi akademik untuk akuntabilitas anak, guru dan sekolah. Adapun
The National Goals Panel tersebut dibentuk untuk memperbaiki cara mengases
kesiapan anak masuk sekolah.
Penulis-penulis konstruktif NAEYC,
seperti Kamii & Kamii (1990) dalam bukunya “Achievement Testing in the
Early Grades: The Games Grown-ups Play” menyebutkan satu per satu
penyalahgunaan dari tes ini berikut ini.
1. Hasil dari tes yang distandarisasi mungkin
tidak layak digunakan sebagai tes penyeleksian kesiapan untuk keputusan
penempatan anak.
2. Pengadaan tes yang distandarisasi lebih
menekankan pada pada kurikulum akademik yang seharusnya dilokalisasi, tidak
disentralisasi.
3. Tes prestasi seringkali tidak mencerminkan
teori atau penelitian yang ada tentang bagaimana anak-anak belajar.
4. Banyak sekolah “mengajarkan tes pada anak”
untuk menaikkan nilai sekolah.
5. Tes yang distandarisasi tidak dapat
memprediksi prestasi yang akan dicapai
anak di masa depan.
Peran
pendidik dalam menyikapi tren adanya tes untuk AUD.
1. Tes terhadap anak-anak seharusnya tidak terjadi,
jika tidak dapat memperlihatkan hasil-hasil yang bermanfaat.
2. Mengetahui usia dan tahapan perkembangan
anak, memahami perbedaan laju perkembangan setiap individu perlu dijadikan
dasar untuk mengukur kemajuan setiap anak. Guru harus memperhatikan jika ada
anak yang tidak menunjukkan kemajuan
dalam perkembangannya. Dalam hal ini, evaluasi dengan menggunakan instrumen
yang distandarisasi mungkin akan bermanfaat.
3. Jika asesmen formal digunakan, maka isi,
bentuk, validitas, dan standar interprestasi harus sesuai dengan tujuan dari
asesmen tersebut.
4. Jika tes diagnosis dilakukan untuk menentukan
penyebab atau tingakat kelambatan perkembangan, pertimbangan-pertimbangan
berikut harus diperhatikan.
1. Tes harus dijalankan oleh seorang yang profesional
dan ahli dengan menggunakan tes-tes yang diseleksi secara benar (dianjurkan
lebih dari satu tes).
2. Anak jangan dipaksa berpisah dari orang
tuanya yang dapat menyebabkan stres pada anak yang tidak semestinya terjadi.
Hal ini juga akan berpengaruh negatif terhadap hasil tes.
3. Tes-tes yang terdiri dari tugas-tugas
terpisah yang hasilnya dalam bentuk skor, tidak memberikan gambaran lengkap
tentang bagaimana anak menggunakan kemampuannya dalam konteks interaksi setiap
hari, sehingga asesmen harus terdiri dari rentang kriteria yang lebih luas.
4. Hasil tes tidak seharusnya dianggap lebih
tepat dalam membuat keputusan tantang anak, dibandingkan dengan hasil informasi
dari keluarga, guru dan observasi langsung terhadap anak.
Tujuan tes seharusnya dapat
meningkatkan performasi anak, bukan hanya memonitor untuk mengukur keefektifan
program, kinerja guru, dan sekolah.
Tes harus dilaksanakan secara
individual. Anak-anak masih berkembang kemampuannya sehingga tes yang dilakukan
dalam kelompok tidak tepat untuk anak usia dini.
Tes formal harus didasarkan pada
kemampuan anak (skill based), dibandingkan dengan secara lisan atau tulisan,
sehingga anak dapat melengkapi tugasnya tanpa dibatasi waktu dan anak merasa
didukung oleh orang yang melakukan tes.
Mempersiapkan anak untuk tes
sewajarnya. Keluarga dan guru yang terlalu semangat dalam mempersiapkan
anak-anak menghadapi item-item dalam tes, dapat mengacaukan hasil tes.
No comments:
Post a Comment