Membangun Pengetahuan
Pada Anak
Dalam
membangun pengetahuan pada anak, guru terlebih dahulu harus memahami inti dari
setiap pengetahuan yang akan dibangun pada anak. Karena pengetahuan didapat
dari interaksi terhadap lingkungan sekitar. Dalam membangun pengetahuan pada
anak, guru juga harus memperhatikan tahap perkembangan kognitif pada anak yang
sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam berpikir. Guru harus memiliki
keterampilan dalam membangun pengetahuan sesuai dengan kemampuan berpikir anak.
Perubahan
merupakan proses bukan hasil, oleh karena itu dalam membangun pengetahuan pada
anak untuk memahami proses sangatlah sulit, karena diperlukan lingkungan yang
dapat merangsang perkembangan kemampuan berpikir anak. Misalnya, jika anak
melihat seekor kucing berlari ke belakang pohon, diharapkan bahwa anak tidak
berpikir bahwa kucing itu hilang begitu saja, tetapi diharapkan anak mampu
menjelaskan posisi kucing itu sekarang. Artinya anak juga mampu membuat
perbedaan antara tidak ada dengan tersembunyi.
Membangun
pengetahuan pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Membangun pengetahuan
pada anak haruslah berdasarkan kepada bermain dan permainan. Dengan melalui
kegiatan bermain anak-anak dapat mengembangkan
berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain
antara lain membantu perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan
sosial, perkembangan kognitif dan moral serta kepribadian maupun bahasa.
Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan yang dekat antar anak,
atau anak dengan orangtua/guru/orang dewasa lainnya sehingga tercipta
komunikasi yang efektif.
Peran Guru dalam
Membangun Pengetahuan pada Anak
Pada
usia anak di Taman Kanak-kanak, guru harus memberikan dasar-dasar ilmu
pengetahuan yang bermanfaat untuk perkembangan diri kelak, baik yang bersifat
kurikuler maupun ekstrakurikuler. Selain itu, seorang anak akan menghadapi
berbagai tugas perkembangan, seperti belajar menyesuaikan diri dengan teman
seusianya, membentuk konsep diri yang baik, mulai mengembangkan peran sosial
sesuai gender serta mengembangkan hati nurani, akhlak dan tata nilai pengertian.
Pada masa itu pula seorang anak tidak saja membutuhkan bimbingan dari orangtua,
tetapi juga guru, tokoh-tokoh masyarakat lainnya dan juga teman-temannya.
Selain itu, kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar juga memegang peran
kritis, tidak seperti ketika berusia balita, di mana pengalaman belajar
tersebut dilakukan hanya dengan bantuan
orangtua dan orang di sekitar lingkungan terdekatnya.
Salah
satu cara anak agar proses belajar mereka memperoleh pengetahuan adalah melalui
kegiatan bermain sambil belajar. Dengan bermain dan belajar, seorang anak akan
memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal baru. Belajar dan bermain
bagi mereka juga merupakan sarana dalam mengembangkan berbagai keterampilan
sosialnya. Kegiatan bermain dan belajar mereka akan mengembangkan otot dan
melatih gerakan motorik mereka di dalam penyaluran energi yang berlebih. Dengan
adanya kegiatan belajar dan bermain, seorang anak akan menemukan bahwa
merancang suatu hal baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan dan pada akhirnya
seorang anak akan menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Khusus
mengenai pemahaman tentang peranan guru sebagai orang terdekat anak di sekolah
harus pula diubah. Guru tidak lagi sebagai orang dewasa dan pembimbing yang
hanya mengatur dan menjalankan kurikulum. Guru adalah orang dewasa yang sangat
harus disukai anak. Peran guru sebagai teman, model, motivator, dan fasilitator
akan menjadikan anak senang datang ke sekolah Taman Kanak-kanak dan akan
menjadikan setiap proses belajar menjadi bermakna. Inilah yang akan selalu di
tuntut oleh masyarakat di era pengetahuan di mana guru menjadi seorang
profesional. Dia juga akan dituntut
kematangan yang mempersyaratkan willingness dan ability, baik secara
intelektual maupun pada kondisi yang prima. Profesionalisasi seperti ini harus
dipandang sebagai proses yang terus menerus.
No comments:
Post a Comment