KB 1 Pengertian Kecerdasan Visual-Spasial pada Anak Usia Dini
Kecerdasan visual-spasial
didefinisikan sebagai kemampuan mempersepsi dunia visual-spasial secara akurat
serta mentransformasikan persepsi visual-spasial tersebut dalam berbagai
bentuk.
Komponen inti dari kecerdasan visual-spasial
adalah kepekaan pada garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan,
harmoni, pola dan hubungan antar unsur, serta kemampuan membayangkan,
mempresentasikan ide secara visual dan spasial, dan mengorientasikan diri
secara tepat.
Sistem neurologis kecerdasan
visual-spasial terletak di hemisfer
kanan bagian belakang, yang merupakan pusat penglihatan primer, meliputi
kemampuan melihat, mengenali bentuk, mengenali posisi garis, derajat kemiringan
garis, kemampuan melihat warna, mengidentifikasi posisi gerak suatu benda, dan
menilas garis atau bentuk lain.
Kemampuan berpikir topologis
(bersifat mengurai bagian-bagian dari suatu objek) pada masa awal kanak-kanak
memungkinkan mereka menguasai kerangka pikir euclidean pada usia 9-10 tahun. Kepekaan artistik akan bertahan
hingga usia lanjut.
Anak usia 2-6 tahun menunjukkan
sebagain besar indikator kecerdasan visual-spasial yang lebih kuat dari pada
anak-anak sebayanya. Indikator lebih kuat terlihat pada anak usia (4-6 tahun)
daripada anak usia 2-4 tahun.
KB 2 Cara Mengembangkan Kecerdasan Visual-Spasial pada Anak Usia Dini
Kecerdasan visual-spasial pada anak
dikembangkan dengan bermain, menggambar atau melukis, mewarnai, berimajinasi,
bercerita, proyek dekorasi, permainan. Cara yang dimaksud adalah untuk
pengenalan informasi visual, pengenalan atau pemaduan warna, pengembangan
kemampuan menggambar, apresiasi gambar-foto-film, kemampuan konstruksi,
penajaman kemampuan visual, dan pengembangan imajinasi.
Pengenalan informasi visual
dilakukan dengan bermain grafik dan menggambar denah, pengenalan dan pemaduan
warna dilakukan dengan kartu warna, mewarnai, dan cipta warna, pengembangan
kemampuan menggambar dilakukan dengan melukis dengan fingerpainting, melengkapi gambar, menggambar objek, dan gambar
ukir. Kemampuan konstruksi dirangsang dengan meniru konstruksi, membuat
konstruksi, bermain plastisin, proyek dekorasi, dan bermain geometri. Penajaman
kemampuan visual dirangsang dengan latihan observasi, teropong kertas, kaca
pembesar. Pengembangan imajinasi dirangsang dengan kegiatan melihat dan terpejam,
jadi apa, cerita berantai, dan menebak bayangan.
No comments:
Post a Comment