Thursday, June 30, 2016

Prinsip Dasar Asesmen Anak Usia Dini

Prinsip Dasar Asesmen Anak Usia Dini
            Asesmen merupakan proses mendokumentasikan keterampilan dan perkembangan anak. Asesmen mengukur level perkembangan anak dan memberikan indikasi tahap perkembangan anak selanjutnya. Asesmen bukan sekedar mengukur, mengurutkan rangking ataupun mengelompokkan anak dalam kategori tertentu. Ada 4 proses dalam asesmen yaitu sebagai berikut:
            1.         Menentukan kebutuhan anak dan menentukan tujuan asesmen.
            2.         Mengumpulkan kualitatif dan kuantitatif data dengan metode yang tepat.
            3.         Memproses informasi yang bermanfaat untuk melakukan penilaian.
            4.         Membuat keputusan profesional.
Asesmen digunakan untuk beragam tujuan yang antara lain sebagai berikut:
            1.        Untuk mengetahui berbagai aspek perkembangan anak secara individual, yang meliputi aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, sosio emosional, dan sebagainya.
      2.        Untuk diagnosa adanya hambatan perkembangan maupun identifikasi penyebab masalah belajar pada anak.
            3.         Untuk memberikan tempat dan program yang tepat untuk anak.
            4.         Untuk membuat perencanaan program.
            5.         Untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah perkembangan pada anak.
            6.         Untuk kajian penelitian.
Manfaat asesmen menurut NECARG adalah sebagai berikut:
            1.         Mendukung belajar anak.
            2.        Mengidentifikasi anak apakah berkembang secara normal atau memiliki kebutuhan khusus.
            3.         Mengevaluasi program dan memonitor kebutuhan anak .
            4.         Sebagai wujud tanggung jawab.
Prinsip asesmen adalah sebagai berikut:
            1.         Menggunakan informasi dan sumber yang beragam.
            2.         Bermanfaat untuk perkembangan dan belajar anak.
            3.         Melibatkan anak beserta keluarganya.
            4.         Sesuai dan adil untuk anak.
            5.         Otentik.

            6.        Memiliki tujuan yang spesifik dan bersifat reliabel, valid dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Perencanaan dan Proses Asesmen pada Anak Usia Dini

Perencanaan dan Proses Asesmen pada Anak Usia Dini
Perencanaan asesmen meliputi berbagai aspek sebagai berikut:
            1.         Menetapkan tujuan yang spesifik, bersifat reliabel dan valid.
            2.         Mempersiapkan berbagai sumber atau informasi yang beragam.
            3.         Melibatkan keluarga dalam mendapatkan informasi tentang anak.
            4.         Adil dan sesuai dengan kebutuhan anak.

            5.         Merencanakan asesmen yang otentik.

Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini
            Gerak kasar yang menggunakan sebagian besar tubuh seperti berlari, memanjat, melompat, melempar dikenal sebagai keterampilan gerakan/motorik kasar atau gross motor skill, sedangkan gerakan yang hanya melibatkan sebagian kecil tubuh seperti  mendorong mobil-mobilan, menggunting, menempelkan kertas, memakaikan baju boneka, atau menggambar adalah gerakan/motorik halus atau fine motor skill.
            Kemampuan motorik anak usia 4-6 tahun mempunyai perbedaan dengan orang dewasa dalam hal cara memegang, cara berjalan, dan cara menyepak/menendang.
            Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada 3 unsur yang menentukan perkembangan motorik, yaitu otak, saraf, dan otot. Ketika motorik bekerja, ketiga unsur tersebut melaksanakan masing-masing peranannya secara interaktif positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya.
            Gerakan reflek awal pada bayi 0-1 tahun diantaranya adalah mengedipkan mata, genggaman telapak tangan, reflek moro dan tindakan tanpa mengetahui.
            Kemajuan anak dalam koordinasi mata tangan tergantung pada interaksi antara stimulasi dan dorongan yang diterimanya setiap hari, perkembangan fisik dan sarafnya, dan motifasinya. Tiga dimensi yang berbeda ini, perlu diseimbangkan dengan hati-hati sebelum dia dapat bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya. Secara khusus anak tidak akan mampu menulis seperti anak berusia 5 tahun ketika ia berumur 3 tahun, tidak peduli betapa keras usahanya, karena kematangan otot dan syarafnya memang belum memadai untuk melakukan gerakan tangan sedemikian halus.

            Kemampuan yang sudah seharusnya dikuasai anak di usia 6-8 tahun adalah kemampuan berpakaian, makan sendiri, merapikan tempat tidur, mandi serta memakai sepatu sendiri. Keterampilan-keterampilan ini merupakan keterampilan untuk melayani dirinya sendiri yang amat membutuhkan koordinasi antara mata dengan tangan dan anggota tubuh lainnya. 

Asesmen Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini

Asesmen Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini
            Asesmen perkembangan fisik/motorik bertujuan agar guru mengetahui kekurangan dan kelemahan yang terdapat selama proses belajar mengajar fisik/motorik, sehingga guru dapat memperbaiki dengan cara yang benar pada kegiatan selanjutnya.
            Beberapa aspek yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan asesmen terhadap kegiatan pengembangan fisik/motorik, yaitu:
            1.         penilaian diri
            2.         respon anak
            3.         kesesuaian alat/bahan.
            Dalam melakukan penyusunan asesmen perkembangan fisik/motorik anak usia dini, perlu dipenuhi beberapa syarat proses asesmen pada anak usia dini yaitu sebagai berikut:
         1.         Dilakukan secara individual dengan membandingkan perkembangan anak saat ini dengan sebelumnya.
            2.         Mempertimbangkan adanya perbedaan dalam perkembangan , pengalaman, dan budaya anak.
            3.         Bukan dilakukan dengan situasi tes, melainkan alamiah.
            4.         Kemajuan tentang anak dilaporkan dalam konteks individual sehubungan dengan performansinya dalam tahap usianya, dan bukan merupakan sistem rangking.
            Asesmen bagi perkembangan fisik/motorik dapat dijadikan pedoman bagi guru untuk melihat kemajuan kemampuan anak dalam mengendalikan gerak-geriknya dan mengoordinasikan mata dan tangannya serta dengan anggota tubuh lainnya.
            Beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan dalam asesmen perkembangan, di antaranya:
            1.      Strategi Asesmen Informal
                        1.   Observasi
                        2.   Teacher-designed measure
                        3.   Checklist Perkembangan
                        4.   Rating Seales
                        5.   Rubric
                        6.   Asesmen Portofolio tampilan
                        7.   Asesmen berbasis teknologi
                        8.   Catatan Anekdot
                        9.   Narasi/catatan harian
                        10. Daftar periksa pengamatan guru
                        11. Catatan frekuensi dan waktu
                        12. Asesmen decoding
            2.         Strategi Asesmen Formal
                        1.   Tes Terstandar
            Teknik analisis data asesmen dilakukan melalui tahap-tahap asesmen yang sangat tergantung pada tingkat apa penampilan motorik anak yang diharapkan, yaitu:
            1.         Global Assessment
            2.         Screening
            3.         Ongoing Qualitative Assessment

            4.   Individual Assessment For The Purpose Of Remediation

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini

Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
            Perkembangan kognitif terkait erat dengan perkembangan intelektual dan pertumbuhan mental yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kematangan fisik, pengalaman dan interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya.
            Ada beberapa teori yang memberikan kontribusi besar dalam menjelaskan perkembangan kognitif pada anak, diantaranya adalah teori konstruktivist, sosiokultural dan kecerdasan majemuk.
            Tahapan perkembangan kognitif untuk anak usia dini (0-8 tahun) menurut piaget terdiri dari tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun)
            Tahap sensori motor terdiri dari refleks-refleks, primary circular reaction yang ditandai dengan indera-indera dan skema-skema, secondary circular reaction yang ditandai dengan orientasi terhadap objek, imitasi perilaku, sebab akibat secara fisik, tertiary circular reaction yang ditandai dengan meningkatnya keingintahuan dan eksplorasi anak, belajar secara trial and error.
            Tahap pra-operasional ditandai dengan penggunaan cara berpikir simbolis untuk memahami lingkungan sekitarnya, cara berpikir egosentris, berkembangnya imajinasi dan ekspresi diri anak, karakteristik berpikir yang meliputi sentrali, egosentrisme, ketidakmampuan memahami konservasi.
            Karakteristik berpikir pra operasional pada anak pra sekolah terdiri dari berpikir berdasarkan persepsi, berpikir uni dimensi, irreversibilitas, penalaran transduktif, egosentrisme.
            Eksperimen Peaget tentang kategorisasi terdiri dari konservasi angka dimana anak diperlihatkan dua set benda yang sama jumlahnya tetapi disusun dengan pola yang berbeda, konservasi kuantitas yang berkesinambungan dimana pada anak diperlihatkan dua kontainer yang berbeda bentuknya namun berisi sejumlah air yang sama, pengelompokan dimana anak diminta mengelompokkan objek yang memiliki warna, bentuk dan ukuran yang berbeda.

            Contoh hasil/perkembangan kognitif dan belajar anak usia 6 tahun antara lain anak mengenali warna-warna (merah, orange, kuning, hijau, biru, ungu), dan bentuk geometri, memahami dimensi dan hubungan, perbedaan ukuran, konsep sains sederhana, angka, fungsi uang, perbedaan rasa, mampu mengekspresikan pikiran dan ide-ide, menggambar sederhana, membuat kalimat sederhana, dan membedakan jenis kelamin.

Asesmen Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Dini

Asesmen Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Dini
            Berdasarkan “The National Educational Goals Panel”, penggunaan asesmen yang tepat adalah mengakses untuk meningkatkan perkembangan dan belajar anak, mengakses untuk mengidentifikasi kesehatan dan pelayanan yang diberikan pada anak, mengakses untuk memonitor kecenderungan dan mengevaluasi program dan pelayanan, dan mengakses prestasi akademik untuk akuntabilitas anak, guru dan sekolah. Adapun The National Goals Panel tersebut dibentuk untuk memperbaiki cara mengases kesiapan anak masuk sekolah.
            Penulis-penulis konstruktif NAEYC, seperti Kamii & Kamii (1990) dalam bukunya “Achievement Testing in the Early Grades: The Games Grown-ups Play” menyebutkan satu per satu penyalahgunaan dari tes ini berikut ini.
            1.   Hasil dari tes yang distandarisasi mungkin tidak layak digunakan sebagai tes penyeleksian kesiapan untuk keputusan penempatan anak.
            2.   Pengadaan tes yang distandarisasi lebih menekankan pada pada kurikulum akademik yang seharusnya dilokalisasi, tidak disentralisasi.
            3.   Tes prestasi seringkali tidak mencerminkan teori atau penelitian yang ada tentang bagaimana anak-anak belajar.
            4.   Banyak sekolah “mengajarkan tes pada anak” untuk menaikkan nilai sekolah.
            5.   Tes yang distandarisasi tidak dapat memprediksi  prestasi yang akan dicapai anak di masa depan.
            Peran pendidik dalam menyikapi tren adanya tes untuk AUD.
            1.   Tes terhadap anak-anak seharusnya tidak terjadi, jika tidak dapat memperlihatkan hasil-hasil yang bermanfaat.
            2.   Mengetahui usia dan tahapan perkembangan anak, memahami perbedaan laju perkembangan setiap individu perlu dijadikan dasar untuk mengukur kemajuan setiap anak. Guru harus memperhatikan jika ada anak yang tidak menunjukkan  kemajuan dalam perkembangannya. Dalam hal ini, evaluasi dengan menggunakan instrumen yang distandarisasi mungkin akan bermanfaat.
            3.   Jika asesmen formal digunakan, maka isi, bentuk, validitas, dan standar interprestasi harus sesuai dengan tujuan dari asesmen tersebut.
            4.   Jika tes diagnosis dilakukan untuk menentukan penyebab atau tingakat kelambatan perkembangan, pertimbangan-pertimbangan berikut harus diperhatikan.
                        1.   Tes harus dijalankan oleh seorang yang profesional dan ahli dengan menggunakan tes-tes yang diseleksi secara benar (dianjurkan lebih dari satu tes).
                        2.   Anak jangan dipaksa berpisah dari orang tuanya yang dapat menyebabkan stres pada anak yang tidak semestinya terjadi. Hal ini juga akan berpengaruh negatif terhadap hasil tes.
                        3.   Tes-tes yang terdiri dari tugas-tugas terpisah yang hasilnya dalam bentuk skor, tidak memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana anak menggunakan kemampuannya dalam konteks interaksi setiap hari, sehingga asesmen harus terdiri dari rentang kriteria yang lebih luas.
                        4.   Hasil tes tidak seharusnya dianggap lebih tepat dalam membuat keputusan tantang anak, dibandingkan dengan hasil informasi dari keluarga, guru dan observasi langsung terhadap anak.
            Tujuan tes seharusnya dapat meningkatkan performasi anak, bukan hanya memonitor untuk mengukur keefektifan program, kinerja guru, dan sekolah.
            Tes harus dilaksanakan secara individual. Anak-anak masih berkembang kemampuannya sehingga tes yang dilakukan dalam kelompok tidak tepat untuk anak usia dini.
            Tes formal harus didasarkan pada kemampuan anak (skill based), dibandingkan dengan secara lisan atau tulisan, sehingga anak dapat melengkapi tugasnya tanpa dibatasi waktu dan anak merasa didukung oleh orang yang melakukan tes.

            Mempersiapkan anak untuk tes sewajarnya. Keluarga dan guru yang terlalu semangat dalam mempersiapkan anak-anak menghadapi item-item dalam tes, dapat mengacaukan hasil tes.

Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
            Anak-anak berpikir, belajar dan mengingat rata-rata sembilan kata perhari yang dikeluarkan dengan suara/ucapan sampai usia enam tahun. Seiring dengan waktu anak-anak usia enam atau tujuh tahun memperoleh kosa kata hampir empat belas ribu kata. Anak-anak mampu menggunakan dan menambah kosa kata ke dalam bentuk komunikasi yang berarti.
            Sejak bayi, bahasa dipelajari melalui interaksi sosial dengan orang lain, melalui kesempatan mendengarkan dan mengujicobakan suara dan kata. Sebagai tambahan, tata bahasa anak-anak berdasarkan pada pertimbangan dan anak-anak mampu memperoleh kata-kata dari percakapan.
            Bayi memperoleh bahasa sejak bulan-bulan pertama, jauh sebelum mereka dapat mengatakan kata pertama. Ada beberapa indikasi bahwa bayi sangat merespon suara. Hal ini sering disebut sebagai “bahasa ibu dan ayah” yang dikarakteristikan dengan informasi dan irama yang unik seperti orang tua berbicara dengan anak-anak mereka.
            Orang tua dan pengasuh dapat berbagi buku dengan bayi. Sambil menimang bayi, orang dewasa dapat membacakan/menceritakan gambar pada buku-buku bayi. Buku bayi dapat ditempatkan di tempat yang terlihat di salah satu tempat tidur. Beberapa bayi dapat melihat ibjek dalam jarak sepuluh sampai dua belas inci, ada juga yang sambil berdiri disudut tempat tidur atau di lantai. Di depan bayi dapat disediakan stimulus penglihatan yang lain yang menimbulkan ketertarikan bayi.
            Toddler sangat akrab sengan buku, mereka suka membaca dan seringkali memiliki kelekatan dengan buku favoritnya. Mereka selalu berusaha mengambil buku untuk sewaktu-waktu dibaca. Kadang-kadang buku menjadi teman tidur mereka.
            Dari usia tiga sampai lima tahun, anak-anak menyukai buku cerita pendek dan sederhana atau buku-buku bertema, cerita bergambar tanpa teks dan buku-buku ramalan dengan pengulangan yang sama atau kejadian terulang. Banyak buku terutama buku-buku alfabet yang diminati oleh anak-anak.
            Anak usia SD kelas awal mampu menceritakan kembali apa yang mereka baca. Menceritakan kembali dapat menambah kesadaran anak untuk mempertimbangkan sesuatu. Kualitas literatur yang baik, dan buku-buku anak yang akrab perlu disediakan dirumah dan lembaga pendidikan anak usia dini.

            Mempelajari literasi lebih dari sekedar belajar membaca. Pembelajaran menulis adalah bagian integral dari proses belajar membaca. Saat ini, beberapa pendidik anak usia dini tidak saja membicarakan pembelajaran membaca tetapi juga munculnya literasi yang meliputi konsep membaca dan menulis.

Asesmen Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Asesmen Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
            Tahapan perkembangan bahasa terdiri dari pra bicara lahir s/d 10 bulan, kata-kata pertama: pemunculan nama 10 s/d 13 bulan, kombinasi kata 18 s/d 24 bulan, tata bahasa 20 s/d 30 bulan.
            Indikator perkembangan bahasa anak usia 1 tahun, reaksi terhadap suara, menangis, memperhatikan orang bicara, membuat keributan sendiri, mengucapkan atau mengulang satu suku kata yang sama.
            Indikator perkembangan bahasa anak usia 2 tahun, berbicara sediri, mampu menggunakan 100 kata, bernyanyi, mengikuti satu perintah.
            Indikator perkembangan bahasa anak usia 3 tahun, menikmati cerita, bernyanyi, perkataannya dimengerti, mengatakan nama benda dan usianya, menanyakan apa, mengapa, dan bagaimana.
            Indikator perkembangan bahasa anak usia 4 tahun, dapat mengenal beberapa surat, mengenal kata yang familier dalam buku sederhana atau tanda, berbicara dalam kalimat komplek, menanyakan beberapa pertanyaan, menikmati menyanyi dengan lagu sederhana, mengadaptasikan bahasa sesuai dengan tingkatan pengertiannya, menanyakan dan menjawab apa, mengapa, kapan, dan di mana, mengikuti 2 perintah yang tidak berhubungan, mengeti konsep dan menhubungkannya dengan nama, ukuran, berat, warna, tekstur, jarak, posisi dan waktu, menambah-nambahkan kata atau suku kata pada kalimat.
            Indikator perkembangan bahasa anak usia 5 tahun, mengerti sampai 13.000 kata, menggunakan 5-8 kata dalam kalimat, menyukai pendapat dan alasan, menggunakan kata “karena”, mngerti, mengingat cerita dan mengulanginya, menikmati kreasi dan menceritakan cerita, mengerti buku dibaca dari kiri ke kanan, atas ke bawah, mengambar gambar binatang, orang dan objek, menikmati mengopi surat, mengidentifikasi surat dengan alfabet dan beberapa angka, mengerti kata lebih, kurang, sama, setelah, sebelum, di atas, di bawah, kemarinn, sekarang, besok.
            Indikator perkembangan bahasa anak usia 6 tahun ke atas, bisa membalas surat, berbicara dan mendengarkan kosakata dengan beberapa orang, membaca menjadi ketertarikan.
            Langkah-langkah dalam menyusun instrumen
            1.         mengidentifikasi variabel
            2.         menganalisis teori
            3.         menyusun konstruk
            4.         menyusun definisi operasional
            5.         menentukan dimensi atau indikator
            6.         menyusun kisi-kisi instrumen
            7.         menyusun butir-butir instrumen
            Pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik observasi dengan berbagai metode, tetapi teknik yang paling efektif untuk perkembangan bahasa adalah dengan interview/wawancara.
            Teknik interview adalah teknik komunikasi dua arah antara orang yang satu dengan yang lain.
            Pertanyaan dapat berbentuk pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Contoh pertanyaan tertutup dengan menggunakan apakah, dapatkah, bolehkah dengan jawaban ya atau tidak atau benar atau salah, bersifat dikotonomi. Contoh pertanyaan terbuka dengan menggunakan kata apa, mengapa, bagaimana, kapan, di mana, yang mana.
            Langkah-langkah analisis data dapat dilakukan dengan reduksi data, display data dan kesimpulan dan verifikasi data.

            Interview memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihannya anak dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya sebebas mungkin dan kelemahannya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. 

Perkembangan Sosioemosional Anak Usia Dini

Perkembangan Sosioemosional Anak Usia Dini
            Perkembangan emosi anak usia dini merupakan proses yang sangat kompleks. Perkembangan emosi berkaitan dengan temperamen, perasaan, reaksi, konsep diri, dan harga diri.
            Emosi anak usia dini adalah bukti dalam menunjukan ekspresi, bahasa tubuh, postur tubuh, bahasa tubuh yang lain, suara/vokal, bahasa, gaya komunikasi, dan perilaku yang ditimbulkan karena bermain dengan alat-alat mainan dan alat-alat pembelajaran.
            Perkembangan sosial mulai dari lahir dan muncul dari interaksi dengan lingkungan di dalam rumah dan di luar rumah. Perkembangan sosial adalah proses yang muncul melalui belajar  mengenai dirinya dan orang lain, membuat dan menjaga pertemanan. Perkembangan sosial dipengaruhi oleh sejumlah peristiwa sosialisasi dan afiliasi,  rumah dan keluarga, anggota keluarga yang lebih luas, loyalitas terhadap organisasi, tempat penitipan anak dan lembaga pendidikan, teman sepermainan dan teman sebaya, tetangga dan media.
            Ada beberapa pandangan mengenai perkembangan sosioemosional yaitu pengetahuan sosial konvensional dan perkembangan pro sosial.
            Menurut pandangan Piaget perkembangan moral anak usia di bawah 6 tahun berada pada tahapan Premoral, yaitu pengertian mereka dibatasi pada aturan dan alasan mereka melakukan sesuatu, sedangkan tahapan moral realism, yaitu anak-anak menjadi lebih mengerti aturan dan percaya bahwa aturan dibangun oleh semua orang yang dijadikan figur dan unalterable.
            Kohlberg mendeskripsikan tahapan premoral sama dengan pandangan Piaget bahwa pada tingkat ini anak berorientasi pada kepatuhan, tingkat kedua; naive conventional hedonism, ketiga; morality of conventional role conformity, keempat; authorithy-maintaining morality, kelima; post conventional moral thingking.

            Tahapan perkembangan menurut Erik Erikson adalah trush vs mistrust, autonomy vs shame and doubt, initiative vs guilt, industry vs inferiority, identity and rapudiation vs identity diffusion, intimacy and solidarity vs isolation, generativity vs self absorption, integrity vs despair.

Asesmen Perkembangan Sosioemosional Anak Usia Dini

Asesmen Perkembangan Sosioemosional Anak Usia Dini
            Tahapan Perkembangan sesioemosional menurut teori psikososial untuk anak usia 0-8 tahun mencakup; trust vs mistrust, autonomy vs shame and doubt, initiative vs guilt, industry vs inferiority.
            Indikator perkembangan sosioemosional anak usia
            1.         1 tahun; menangis, merespon, agresive, temper tantrum, tertawa, merasa memiliki.
            2.         2 tahun; afeksi menyayangi, cemburu, humor, cemas, destruktif, meniru, memaksa.
3.     3 tahun; menikmati bermain, membantu orang dewasa, menerima saran, mengekspresikan diri di depan orang lain/benda, tertawa, meniru.
4.     4 tahun; bermain dengan yang lain, mengikuti aturan, berbohong, mudah marah, mengerti bahaya, banyak bicara, imajinasi tinggi.
5.     5 tahun; ingin seperti orang dewasa, memerintah, sedikit takut dunia, mengkritik, menyukai resiko.
6.     6 tahun; menambah teman, menemukan kegagalan dan mengatasinya, melakukan terbaik, merasa aman, menikmati pengawasan.
            Pengumpulan dan Analisis Data
            1.         Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, portofolio, dokumentasi, wawancara. Teknik observasi lebih banyak digunakan dengan metode: class list log, jurnal refleksi, anecdotal record, time sampling, interview, hasil karya, running record, check list, rating scale. Untuk perkembangan sosioemosional teknik pengumpulan data yang paling cocok adalah running record.
            2.         Analisis Data memiliki langkah-langkah menurut Miles dan Huberman: display data, reduksi data, kesimpulan dan verifikasi data.
            Contoh Asesmen Perkembangan Sosioemosional

            Contoh running record dilakukan dengan mencatat kejadian tertentu dengan pembatasan waktu pengamatan, misalnya kejadian ketika bermain peran.

Hakikat Pelaporan Perkembangan Anak Usia Dini

Hakikat Pelaporan Perkembangan Anak Usia Dini
            Pelaporan disampaikan oleh guru kepada orang tua dalam bentuk deskripsi singkat tentang perkembangan anak, yang meliputi enam aspek perkembangan, yaitu perkembangan perilaku dan moral agama, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan fisik/motorik, perkembangan seni dan perkembangan sosial emosional.
            Pelaporan perkembangan anak disusun melalui proses analisis sintesis, interprestasi, dan komunikasi.
            Pelaporan perkembangan anak bertujuan untuk membantu guru merencanakan pembelajaran selanjutnya yang sesuai dengan perkembangan anak, memberikan informasi kepada orang tua tentang kemajuan anak serta mendukung kelancaran program guru dan orang tua.
            Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berikut ini merupakan ruang lingkup pelaporan perkembangan, adalah sebagai berikut.
            1.         Siapa yang akan menerima laporan perkembangan?
            2.         Apa isi yang harus dimuat dalam laporan perkembangan?
            3.         Bagaimana bentuk pelaporan perkembangan (lisan, tulisan, atau bentuk lainnya)?
            4.         Bagaimana format pelaporan perkembangan yang digunakan?
            5.         Bagaimana membantu pengguna menginterprestasi dan menggunakan laporan perkembangan?
            6.         Bagaimana jadwal pelaporan perkembangan?
            Isi laporan perkembangan anak yang ingin diketahui  oleh orang tua biasanya berkisar pada pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
            1.         Bagaimana anak berkembang dan belajar di sekolah: secara akademik, fisik, sosial, dan emosionalnya?
            2.         Sejauh mana anak berpartisipasi dalam kegiatan di sekolah?
            3.         Kemampuan apa yang telah dicapai anak selama kurun waktu belajar tertentu?
            4.         Apakah hasil belajar/perkembangan anak cukup baik?
            5.         Sejauh mana peningkatan perkembangan dan kemampuan anak dalam kurun waktu tertentu?
            6.         Apa yang harus orang tua lakukan untuk membantu dan mengembangkan anak lebih lanjut?
            Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaporan perkembangan anak usia dini, di antaranya adalah sebagai berikut.
            1.         Diagnosis Kemajuan Perkembangan Anak
            2.         Prediksi Masa Depan Anak
            3.         Seleksi dan Sertifikasi

            4.         Umpan Balik Kegiatan Pembelajaran dan Kurikulum Sekolah.

Penyusunan dan Contoh Pelaporan Perkembangan Anak Usia Dini

Penyusunan dan Contoh Pelaporan Perkembangan Anak Usia Dini
            Laporan yang otentik tentu saja dapat kita buat jika kita rajin mendokumentasikan setiap catatan kita, dan kita gabungkan dalam file yang rapi dan teratur.
            Beberapa hal perlu kita perhatikan dalam rangka pengumpulan informasi tentang anak untuk dituangkan dalam laporan meliputi beberapa hal sebagai berikut.
            1.         Aspek apa saja yang dicatat.
            2.         Bagaimana menuliskan apa yang pendidik amati.
            Sebagai pendidik harus memahami bahwa pengamatan terhadap perilaku anak memiliki kontribusi yang besar dalam membuat keputusan  tentang kemajuan perkembangan anak. Pengamatan terhadap perilaku anak yang dilakukan secara kontinyu merupakan bukti yang kuat bagi pendidik dalam membuat evaluasi. Selain dicatat oleh pendidik, beberapa perilaku sebagai berikut juga perlu diperhatikan:
1.     Tingkat dan lamanya perhatian (apakah anak cepat berpindah dari satu tugas ke tugas lainnya; apakah anak melakukan satu hal ketika melihat hal lainnya, atau apakah anak memiliki perhatian hanya pada satu hal pada suatu waktu tertentu).
2.     Kemandirian (Apakah anak memilih tugas-tugas dan mengaturnya pada tingkat tertentu yang sesuai dengan usianya, atau apakah anak selalu meminta tolong dan bimbingan sebelum memilih materi permainan).
3.     Jumlah dan kualitas gerakan fisik (apakah anak pasif dan diam atau anak cenderung sangat aktif namun tidak terarah perilakunya. Sebagai contoh: anak sering melempar barang-barang mainan di kelas, sering memukul temannya tanpa sebab dan sebagainya).

4.     Kemampuan komunikasi verbal dan non verbal (apakah anak menggunakan bahasa yang wajar sesuai usianya).

Hakikat Hak Anak

Hakikat Hak Anak
               Dalam memahami anak, setidaknya terdapat dua perspektif utama, yaitu; 1) Anak sebagai fenomena biologis dan psikologis, dan 2) Anak sebagai fenomena sosial dan legal.
               Anak sebagai manusia, memiliki hak asasi. Hak asasi manusia diartikan sebagai hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Adapun bidang dan jenis hak asasi manusia di dunia secara umum meliputi; hak asasi pribadi, hak asasi politik, hak asasi hukum, hak asasi ekonomi, hak asasi peradilan, serta hak asasi sosial budaya. Sedang hak asasi manusia Indonesia dituangkan dalam undang-undang nomor 39 tahun1999 tentang hak asasi manusia, menyebutkan bahwa jenis-jenis hak asasi manusia di Indonesia meliputi, hak untuk hidup, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, hak turut serta dalam pemerintahan, hak wanita serta hak anak.
               Terkait hak anak, terutama yang tertuang dalam KHA (Konvensi Hak Anak) secara umum adalah bahwa; setiap anak berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan terbaik, setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan, setiap anak berhak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan pekerjaan yang berbahaya serta setiap anak berhak atas tingkat hidup yang layak.
               Sumber lain yang dapat menunjukkan tentang hak-hak anak dapat disimak dalam UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam undang-undang tersebut secara eksplisit menyebutkan bahwa setiap anak Indonesia memiliki hak sebagai berikut; hak untuk hidup; hak anak untuk dilindungi orangtua, keluarga, masyarakat, dan negara; hak anak untuk beribadah; hak anak untuk dilindungi secara hukum dari tindak kekerasan fisik, mental, dan penelantaran; hak pendidikan,; hak untuk beristirahat dan berekspresi; hak memperoleh kesehatan; hak untuk dilindungi dari eksploitasi sosial.

               Jadi jika disimpulkan hak-hak setiap anak meliputi hak untuk; dilahirkan, memiliki nama dan kewarganegaraan; memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi anak; hidup dalam komunitas yang aman, damai, dan lingkungan yang sehat; mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan aktif; mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya; diberikan kesempatan bermain dan waktu santai; dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-nyiaan, kekerasan dan dari mara bahaya; dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah; mengekspresikan pendapat sendiri.

Hak-hak Anak Usia Dini

Hak-hak Anak Usia Dini
               Anak adalah sosok yang luar biasa dan menakjubkan. Kondisi ini sering disebut sebagai golden age (usia emas).

               Hak-hak anak usia dini yang cukup penting di antaranya adalah sebagai berikut; berhak dilahirkan, untuk memiliki nama dan kewarganegaraan; berhak untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai dan lingkungan yang sehat; berhak untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat serta aktif; berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya; berhak diberikan kesempatan bermain dan waktu santai; berhak untuk dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-nyiaan, kekerasan dan mara bahaya; berhak untuk dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah; berhak untuk mengekspresikan pendapat sendiri.

Konvensi Hak-hak Anak

Konvensi Hak-hak Anak
Konvensi Hak Anak (KHA) berhasil disahkan pada bulan November 1989 dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB. Rumusan yang tertuang dalam konvensi ini terdiri dari 54 pasal. Berdasarkan strukturnya, konvensi ini dibagi menjadi 4 bagian yakni; preambule (mukadimah) yang berisi konteks Konvensi Hak Anak; bagian satu yang mengatur hak bagi semua anak; bagian dua yang mengatur masalah pemantauan dan pelaksanaan Konveksi Hak Anak; bagian tiga yang mengatur masalah pemberlakuan Konvensi.
               Sedangkan berdasarkan isinya, ada empat cara mengategorikan Konvensi Hak Anak, yakni; kategori berdasarkan Konvensi Induk Hak Asasi Manusia, dikatakan bahwa Konvensi Hak Anak mengandung hak-hak sipil politik dan hak-hak ekonomi sosial budaya; ditinjau dari sisi yang berkewajiban melaksanakan Konvensi Hak Anak, yaitu negara dan yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak, yakni orang dewasa pada umumya; menurut cara pembagian yang sangat populer dibuat berdasarkan cakupan hal yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yakni hak atas kelangsungan hidup, hak atas perlindungan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat; menurut cara pembagian yang dirumuskan oleh Komite Hak Anak menjadi delapan kategori.
               Terdapat empat prinsip yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yakni sebagai berikut; prinsip non diskriminasi; prinsip yang terbaik bagi anak;prinsip atas hak hidup, kelangsungan dan perkembangan; prinsip penghargaan terhadap anak.
               Melengkapi putusan Konvensi supaya dapat dilaksanakan, terdapat himbauan dunia dalam penekanan hak-hak anak. Inti dari himbauan berisi menggiring agar tindakan negara-negara di dunia dapat selaras dengan substansi yang diharapkan oleh isi KHA. Konsekuensi bagi Indonesia yang telah meratifikasi KHA adalah berkewajiban mengimplementasikan isi dari KHA secara konsisten.

                Beberapa kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara,antara lain ialah sebagai berikut; mengakui hak-hak anak yang dirumuskan dalam konvensi; melakukan langkah-langkah legislatif; melakukan langkah-langkah administratif; melakukan langkah-langkah budgetair; melakukan langkah-langkah pendidikan; melakukan kerja sama internasional, bilateral, maupun multilateral, melibatkan dan bekerjasama dengan badan-badan PBB, organisasi-organisasi non pemerintah baik di tingkat nasional maupun internasional; tidak melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hak-hak yang bersifat negatif.

Batasan Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Informal

Batasan Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Informal
               Mengacu UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pada pasal 28 Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diselenggarakan di keluarga dan di lingkungan.
               Prasarat sekaligus prinsip agar penyelenggaraan pendidikan anak usia dini jalur informal di lingkungan keluarga dapat terlaksana dengan baik dan bermutu haruslah memenuhi dua hal utama, pertama adalah orang tua harusmemahami karakteristik anak dengan baik dan kedua hendaklah menguasai pola asuh tepat yang diterima oleh anak.
               Karakteristik penting terkait anak yang perlu dipahami orang tua di antaranya; setiap anak unik dan berbeda dengan yang lain; anak bukan orang dewasa dalam bentuk mini; dunia anak adalah dunia bermain; setiap karya anak berharga; setiap anak berhak mengekspresikan keinginannya; setiap anak berhak mencoba dan melakukan kesalahan; setiap anak memiliki naluri sebagai peneliti; setiap anak memiliki potensi yang tidak bersifat tunggal.

               Adapun ragam pola asuh yang dapat diterapkan orangtua, yaitu adalah otoriter, otoritatif, dan permisif. Pengasuhan yang otoriter ialah suatu gaya pengasuhan yang membatasi dan menghukum serta menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Pengasuhan otoritatif, mendorong anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Selanjutnya, pengasuhan yang permisif ialah suatu gaya di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.

Sasaran dan Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini

Sasaran dan Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
               Sasaran utama Pendidikan Anak Usia Dini, terutama pada PAUD Informal dari sisi peserta didik adalah anak usia 0-6 tahun dan karakteristiknya, dengan maksud untuk dikembangkan segenap potensi atau segenap potensi atau seluruh dimensi kecerdasannya meliputi; kecerdasan linguistik; kecerdasan logika matematika; kecerdasan visual spasial; kecerdasan musikal; kecerdasan kinestetik; kecerdasan naturalis; kecerdasan interpersonal; kecerdasan intrapersonal; kecerdasan spiritual.
               Ciri lingkungan keluarga yang kondusif dan mendukung terjadinya pendidikan informal yang efektif, di antaranya adalah sebagai berikut; lingkungan tersebut kaya akan rangsangan yang dapat mengembangkan berbagai dimensi kecerdasan anak; lingkungan tersebut terbebas dari tekanan dan paksaan; lingkungan tersebut mendukung aktivitas anak yang tinggi; lingkungan tersebut mendukung anak untuk dapat belajar bekerja sama; lingkungan tersebut dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dan memecahkan masalah; lingkungan tersebut membolehkan anak mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan berbagai bahan dan alat-alat yang ada di sekitarnya, terutama berinteraksi dengan ragam alat main.
               Agar menjadi orang yang efektif dalam pendidikan informal, yaitu sebagai berikut; orangtua dapat mengenali anak dengan baik; hargai perilaku baik anak; melibatkan anak; selalu mendekatkan diri dengan anak; sediakan waktu khusus; tegakkan disiplin; panutan bagi anak; say “i love you”; komunikasi dengan tepat; selesaikan masalah saat anda “dingin”.

                Cara atau model pola asuh sebagai sasaran PAUD Informal; pola asuh yang dipilih adalah yang dapat mengakomodasi hak-hak anak sepenuhnya; pola asuh yang dipilih adalah yang sesuai kebutuhan karakteristik perkembangan anak; pola asuh yang dipilih adalah yang memungkinkan kondisi anak dapat diterima sepenuhnya; pola asuh yang dipilih adalah yang menjamin anak tidak frustasi dalam mengikutinya; pola asuh yang dipilih adalah yang mampu menjalin terjadinya hubungan yang harmonis antara orang tua dengan anak; pola asuh yang dipilih adalah yang dapat meminimalisasi dampak-dampak negatif terhadap anak; pola asuh yang dipilih adalah yang dapat dijalankan secara konsisten; pola asuh yang dipilih adalah yang memungkinkan ditunjang oleh daya dukung yang tersedia di lingkungan keluarga. 

Implikasi Konvensi Hak Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini pada Jalur Informal

Implikasi Konvensi Hak Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini pada Jalur Informal
               Implikasi KHA dalam PAUD Jalur Informal adalah setiap tahapan dan kegiatan pendidikan usia dini jalur informal harus sesuai dengan setiap pernyataan hak-hak anak sebagai berikut; hak untuk dilahirkan, untuk memiliki nama dan kewarganegaraan; hak untuk memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasihi; hak untuk hidup dalam komunitas yang aman, damai danlingkungan yang sehat; hak untuk mendapatkan makanan yang cukup dan tubuh yang sehat dan aktif; hak untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan mengembangkan potensinya; hak untuk diberikan kesempatan bermain dan waktu santai; hak untuk dilindungi dari penyiksaan, eksploitasi, penyia-nyiaan, kekerasan, dan dari mara bahaya; hak untuk dipertahankan dan diberikan bantuan oleh pemerintah; hak untuk mengekspresikan pendapat sendiri.

               Untuk membangun keluarga yang sadar akan hak-hak anak sebagai usaha dan langkah-langkah yang dapat ditempuh, antara lain; sosialisasi secara terus menerus tentang pentingnya penegakan hak-hak anak ditegakkan dan di akomodasi dalam pendidikan keluarga  dengan berbagai media dan berbagai kesempatan; dicanangkan gerakan masal yang berhubungan dengan penyadaran pentingnya para orangtua dalam mengakui dan memenuhi kebutuhan anak sesuai tuntutan yang dirumuskan dalam konvensi hak anak; digulirkan kampanye yang serentak di seluruh wilayah Indonesia tentang isi konvensi hak anak cara penerapannya dalam pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan keluarga. 

Batasan, Bentuk dan Kualifikasi PAUD Jalur Non Formal

Batasan, Bentuk dan Kualifikasi PAUD Jalur Non Formal
               Mengacu pada pasal 28 UU No. 28 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
               Bentuk-bentuk PAUD jalur nonformal terdiri dari; TPA (Taman Pengasuhan Anak), KB (Kelompok Bermain), SPS (Satuan Paud Sejenis), Tapas (Taman Pendidikan Anak Sholeh), TAAT (Taman Asuh Anak Terpadu), TAAM (Taman Asuh Anak Muslim), Bambim (Bina Anak Muslim Berbasis Masjid), BAP (Bina Anak Prasa), PADU terintegrasi posyandu, Terintegrasi BKB (Bina Keluarga Balita), Terintegrasi Sekolah Minggu, dll.

               Terdapat empat standar mutu PAUD jalur nonformal yang harus dijaga mutunya, yaitu; standar yang berhubungan dengan tingkat pencapaian perkembangan; standar yang berhubungan dengan pendidik dan tenaga kependidikan; standar yang berhubungan dengan program, proses, dan penilaian, serta; standar yang berhubungan dengan sarana prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

Implikasi Konvensi Hak Anak pada PAUD Jalur Non-Formal

Implikasi Konvensi Hak Anak pada PAUD Jalur Non-Formal
               Implikasi KHA dalam PAUD nonformal memiliki makna bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam KHA hendaklah tercermin dalam konteks dan penyelenggaraan PAUD nonformal.

               Hal-hal yang harus dihindari demi tegaknya KHA pada PAUD nonformal, terutama; perlakuan tindak kekerasan pada anak PAUD nonformal; perlakuan egoisme pada anak PAUD nonformal; perlakuan mengabaikan kebutuhan gizi anak PAUD nonformal; pengabaian anak dengan tidak memberi stimulus yang tepat

Batasan Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Formal

Batasan Pendidikan Anak Usia Dini Jalur Formal
               Mengacu pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, PAUD jalur formal adalah pendidikan yang terstruktur sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak berusia 4-6 tahun yang dilaksanakan melalui Taman Kanak-kanak, Raudhatul Atfal, dan bentuk lain yang sederajat.
               Bentuk PAUD formal secara umum berfungsi untuk; mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak sejak dini; mengenalkan anak dengan dunia sekitarnya sejak dini; menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik sejak dini; mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi sejak dini; mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak secara optimal; serta menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar dengan lebih matang.
               Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi  moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni.

               Pendekatan pembelajaran pada pendidikan TK adalah sebagai berikut; Pembelajaran berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak; berorientasi pada kebutuhan anak; bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain; menggunakan pendekatan tematik; kreatif dan inovatif; lingkungan kondusif; mengembangkan kecakapan hidup.

Sasaran dan Ruang Lingkup PAUD Formal serta Implikasi Konvensi Hak Anak pada PAUD Jalur Formal

Sasaran dan Ruang Lingkup PAUD Formal serta Implikasi Konvensi Hak Anak pada PAUD Jalur Formal
               Pada umumnya di Indonesia, anak yang mengikuti atau menjadi sasaran program TK/RA adalah yang telah berusia 4-6 tahun. Pengembangan kegiatan pada TK/RA tersebut dapat dilakukan dengan cara terpadu, kegiatan rutin, kegiatan terprogram, kegiatan spontan, dan keteladanan.
               Implikasi bagi lembaga pendidikan, dalam hal ini TK/RA terkait dengan tuntutan nilai-nilai KHA adalah progran pendidikan prasekolah yang dikembangkan bukan hanya diperlukan dan bertujuan menampung anak semata, memfasilitasi kegiatan bermain saja, tetapi pilih dan kembangkanlah aktivitas yang dapat menumbuhkan dan memperbesar daya otak anak, serta melindungi dan mengakomodasi hak-hak anak.
               Untuk itu TK/RA harus merencanakannya secara matang. Program yang terencana akan banyak membantu membentuk ulang atau meningkatkan kualitas dan kuantitas otak anak, karena lingkungan, khususnya lingkungan sekolah dan tempat beraktivitas anak sangat berpengaruh hebat.
               Secara umum kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencapai maksud di atas di antaranya adalah menyediakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan dan belajar anak, mengarahkan perilaku anak dengan kegiatan mendidik-mengajar, serta membantu memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi anak dengan bimbingan yang tepat.

               Untuk mencapai harapan itu, cara yang dianggap paling tepat dan relevan adalah segala kegiatan pengembangannya didasarkan atas pengembangan yang berbasis dan berprinsip pada perkembangan, kebutuhan dan karakteristik belajar anak dan memperhatikan seluruh dimensi tumbuh kembang anak, sehingga proses dan hasil tindakan pengembangan lebih bermakna dan fungsional bagi kehidupan anak.

Macam-macam Lingkungan dan Fasilitas Umum Sosial yang Dapat Dimanfaatkan dalam PAUD

Macam-macam Lingkungan dan Fasilitas Umum Sosial yang Dapat Dimanfaatkan dalam PAUD
               Jenis lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di TK terdiri dari atas lingkungan alam/fisik dan lingkungan sosial.
               Lingkungan alam/fisik merupakan segala sesuatu yang alamiah dan sifatnya relatif menetap, seperti air, tanah, batu-batuan, tumbuh-tumbuhan, hewan, sungai, iklim, suhu udara dan sebagainya.
               Lingkungan sosial berkenaan dengan interaksi anak dalam kehidupan bermasyarakat, dapat digunakan untuk mempelajari dasar-dasar ilmu sosial dan kemanusiaan.
               Lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Cara-cara Pemanfaatan Lingkungan Masyarakat ke dalam PAUD

Cara-cara Pemanfaatan Lingkungan Masyarakat ke dalam PAUD
               Pendidik anak usia dini perlu memiliki kemampuan yang memadai dalam memanfaatkan lingkungan masyarakat ke dalam pendidikan anak usia dini sehingga penyelenggaraan pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan denganmelibatkan potensi-potensi yang ada di dalam masyarakat.
               Kegiatan pemanfaatan lingkungan masyarakat ke dalam pendidikan anak usia dini bisa dilakukan dengan 2 cara; dengan cara membawa kelas atau anak ke dalam lingkungan yang akan dipelajari; dan dengan cara membawa lingkungan itu ke dalam kelas. Cara pertama dapat dilakukan melalui kegiatan karyawisata, perkemahan, dan pengamatan. Sedangkan cara ke dua yaitu dengan membawa lingkungan ke sekolah/kelas, seperti mendatangkan /mengundang nara sumber untuk berbicara secara langsung di depan anak-anak mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan bidang tugasnya masing-masing.

               Terdapat beberapa kegiatan yang dapat ditempuh dalam merancang pemanfaatan lingkungan masyarakat, yaitu; pertama, menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai anak berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar; kedua, menentukan objek lingkungan yang akan dipelajari atau dikunjungi; ketiga, merumuskan cara belajar atau bentuk-bentuk kegiatan yang harus dilakukan anak selama mempelajari sumber belajar lingkungan; keempat, menyiapkan hal-hal yang sifatnya teknis.

Ragam Tindak Kekerasan pada Anak Usia Dini

Ragam Tindak Kekerasan pada Anak Usia Dini
               Pengertian kekerasan pada anak adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi atau perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual, melalui penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak. Jadi secara umum kekerasan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan satu individu terhadap individu lain yang mengakibatkan gangguan fisik dan atau mental. Bentuk dan jenis kekerasan pada anak di antaranya sebagai berikut; physical abuse, nutritional abuse, sexual abuse, drug abuse, emotional abuse, medical care abuse, mengabaikan (Neglect).

               Faktor-faktor pemicu terjadinya tindak kekerasan pada anak usia dini , diantaranya berhubungan dengan stres dalam keluarga. Sedangkan faktor pemicu signifikan dapat berhubungan dengan masalah ekonomi, disfungsi keluarga dan akibat perilaku anak itu sendiri.

Mengenali Anak Usia Dini yang Mengalami Tindak Kekerasan

Mengenali Anak Usia Dini yang Mengalami Tindak Kekerasan
               Kekerasan adalah tindakan yang dilakukan satu individu terhadap individu yang lain sehingga mengakibatkan gangguan fisik maupun mental. Sedangkan kekerasan terhadap anak dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya hak anak untuk mendapat perlindungan dari tindak kekerasan dan eksploitasi. Kekerasan juga dapat dilakukan oleh orang tua dan keluarga dalam pemenuhan hak anak yang disebut dengan perlakuan salah terhadap anak yang berhubungan dengan kekerasan dalam rumah tangga.

               Untuk memahami kekerasan pada anak, sebelumnya harus dikenali beberapa faktor terkait, terutama faktor risikonya. Faktor risiko adalah faktor-faktor yang dapat berkontribusi untuk terjadinya suatu masalah atau kejadian. Dampak penganiayaan dan kekerasan pada anak akan mengakibatkan gangguan bio-psiko-sosial anak. Hal ini dapat terjadi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Anak mempunyai masa depan yang masih panjang sehingga perlu pemantauan dan program tindakan yang terus-menerus bagi anak korban penganiayaan dan kekerasan.

Pelibatan Orangtua dan Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanganan Tindak Kekerasan pada Anak Usia Dini

Pelibatan Orangtua dan Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanganan Tindak Kekerasan pada Anak Usia Dini
               Mengingat sedemikian kompleks maka usaha pencegahan kekerasan terhadap anak tergantung pada program dan layanan yang telah disediakan oleh pemerintah dan bagaimana masyarakat masyarakat memaknai isu kekerasan ini.
               Strategi pencegahan yang dapat digunakan meliputi pencegahan; primer; sekunder; tersier. Pencegahan primer merupakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh orang tua dengan upaya peningkatan pola asuh serta mencegah terjadinya perlakuan salah kepada anak. Pencegahan sekunder dilakukan kepada kelompok masyarakat yang memiliki risiko tinggi dengan pemberian penyuluhan. Pencegahan tersier adalah pencegahan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan yang dilakukan secara terpadu yang melibatkan seluruh komponen seperti keluarga dan masyarakat.
               Salah satu program pemerintah yang melindungi anak adalah Keppres No. 88 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak.

               Peran orangtua dan masyarakat dalam menghindari kekerasan terhadap anak antara lain dapat dilakukan melalui penegakan disiplin dan hukuman yang diberikan kepada anak. 

Pelibatan Orangtua dan Masyarakat dalam Pendampingan Penggunaan Media Noncetak

Pelibatan Orangtua dan Masyarakat dalam Pendampingan Penggunaan Media Noncetak
               Televisi sebagai salah satu media tayangan untuk anak dapat mempengaruhi perilaku dan sikap anak yaitu mempengaruhi perkembangan otak anak, memicu sikap konsumtif anak, menimbulkan sikap negatif pada anak, mempengaruhi semangat dan motivasi belajar anak, mempengaruhi pola pikir anak, mempengaruhi konsentrasi belajar anak, mempengaruhi konsentrasi belajar anak, mempengaruhi kreativitas anak, mempengaruhi kemampuan bersosialisasi dan komunikasi serta mempengaruhi kematangan seksual anak.
               Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mendampingi anak pada saat menonton tayangan televisi yaitu menjelaskan materi yang ditayangkan, menjelaskan alasan suatu tayangan boleh/tidak ditonton, memilihkan tayangan yang layak disaksikan anak, membuat kesepakatan-kesepakatan tertentu dengan anak tentang cara menonton televisi, menjadikan televisi sebagai kegiatan tambahan saja, menentukan jam menonton sehingga waktunya tidak mengganggu dan seimbang dengan kegiatan-kegiatan yang lainnya, dan memberikan alternatif kegiatan lain selain kegiatan menonton televisi.
               Upaya-upaya praktis lain yang dapat dilakukan orangtua adalah memilih acara yang sesuai dengan usia anak, tidak memfasilitasi anak dengan televisi di kamarnya sendiri, berkomunikasi dengan anak tentang program favorit mereka, memberikan alternatif kegiatan lain, dan menyediakan buku bacaan untuk anak.
               Internet merupakan salah satu fasilitas yang dapat digunakan untuk memfasilitasi perkembangan anak. Melalui internet anak dapat secara leluasa mengeksplorasi informasi, gambar, tayangan video dan jenis informasi lainnya yang mereka butuhkan.

               Dalam pemanfaatan internet tersebut orangtua perlu melakukan pendampingan secara intensif sehingga materi yang diperoleh anak terhindar dari hal-hal yang negatif, seperti pornografi, kekerasan, sadisme dan lain sebagainya.

Pelibatan Orangtua dan Masyarakat dalam Pendampingan Penggunaan Media Cetak

Pelibatan Orangtua dan Masyarakat dalam Pendampingan Penggunaan Media Cetak
               Pendampingan terhadap anak dalam memanfaatkan media cetak seperti buku dapat dilakukan terutama dalam proses pemilihan buku yaitu sebagai berikut.
1.            Bahasa buku, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh anak.
2.            Isi buku mengandung nilai moral/nilai kehidupan yang baik untuk anak.
3.            Isi buku membantu anak dalam mengembangkan imajinasinya dan wawasan lebih luas.
4.            Buku untuk anak usia di bawah 5 tahun sebaiknya yang tulisannya besar-besar dan atau teks yang singkat dengan halaman bergambar lebih banyak, sebaiknya menggunakan sampul tebal agar tidak mudah robek dan rusak, kuat dan kokoh, serta tokoh dan karakter yang ada dalam buku tersebut dekat dengan dunia anak.
5.            untuk anak usia 6 tahun ke atas, kita dapat memilihkan buku dengan teks atau tulisan yang lebih banyak dan cerita yang disajikan pun dapat lebih luas.
               Dalam penggunaan alat permainan, orangtua harus memperhatikan dan memilih alat-alat permainan sebagai berikut;
               1.            Alat permainan tersebut ditujukan untuk anak usia dini
               2.            Difungsikan untuk mengembangkan berbagai perkembangan anak usia dini
3.            Dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk, dan untuk bermacam tujuan aspek pengembangan atau bermanfaat multiguna
4.            Aman dan tidak berbahaya bagi anak
5.            Dirancang untuk mendorong aktivitas dan kreativitas anak
6.            Bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan

7.            Mengandung nilai pendidikan

Keselarasan Pendidikan di Lembaga PAUD dan di Rumah

Keselarasan Pendidikan di Lembaga PAUD dan di Rumah
               Penciptaan keselarasan antara pendidikan orang tua dan pendidikan di lembaga pendidikan sangat penting sehingga terjadi kesamaan perlakuan terhadap anak dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang dimilikinya secara optimal.
               Ditemukan beberapa kendala dalam mengembangkan keselarasan antara pendidikan yang dilakukan orang tua dan pendidikan pada lembaga pendidikan yaitu sebagai berikut:
               1.            Ada jarak sosial antara rumah dan sekolah
               2.            perbedaan tentang tujuan pendidikan
3.            Ada perasaan rendah diri pada kalangan orangtua yang diakibatkan keterbatasan dan pengalaman ketidaksuksesan sekolah merekadibandingkan para pendidik
4.            Munculnya kekhawatiran pada diri pendidik terhadap orangtua anak didik dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
5.            Orangtua merasa tidak ada pertolongan dan kesempatan untuk berkontribusi dalam cara yang bermakna terhadap program
6.            Orangtua dan pendidikan membawa tekanan mereka dalam hubungan tersebut
               Adapun Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk membina penyelarasan antara orangtua dan lembaga pendidikan adalah;
1.            harus ada waktu yang dijadwalkan bagi para pendidik untuk bekerja dengan orangtua
2.            para pendidik harus mendengar dengan sungguh-sungguh dan menyampaikan gagasan bahwa orangtua adalah pimpinan dalam tim orangtua yang mendukung perkembangan anak;
3.            program-program harus mengimplementasikan program pelibatan yang dirancang untuk kebutuhan keterlibatan orang tua
4.            program-program yang dibutuhkan harus bekerja untuk mendukung orangtua seperti untuk kegiatan perawatan anak
               Dukungan orangtua di rumah terhadap kegiatan pengembangan di lembaga PAUD dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan berikut;
               1.            Mengontrol waktu belajar dan cara belajar anak
1.            Ciptakanlah suasana di rumah yang mendukung anak untuk melakukan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang dilaksanakan di lembaga pendidikan
2.            Jadwalkan waktu belajar yang teratur
3.            Hindarkan semua hal-hal yang dapat mengganggu anak belajar
4.            Pastikan anak anda mengerjakan sendiri kegiatan/tugas dari lembaga pendidikan
5.            Perhatikanlah kegiatan anak di lembaga pendidikan
6.            Berikan teladan yang baik
7.            Berikan pujian kepada anak atas usahanya untuk menyelesaikan kegiatannya
               2.            Memantau perkembangan berbagai aspek perkembangan anak
3.            Memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral, dan tingkah laku anak-anak

4.            Memantau efektifitas jam belajar di lembaga pendidikan